Sabtu, 14 November 2009

Waktu

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
“Kok, belum tidur?” sapa Rudi sambil mencium anaknya.

Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, “Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?”

“Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?”

“Ah, enggak. Pengen tahu aja.”

“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja, Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?”

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

“Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong,” katanya.

“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,” perintah Rudi.

Tetapi Imron tak beranjak.

Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, “Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?”

“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.”

“Tapi, Ayah…” Kesabaran Rudi habis.

“Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Imron.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya, Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, “Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok’ kan bisa. Jangankan Rp 5.000 ,- lebih dari itu pun ayah kasih.”

“Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.”

“Iya, iya, tapi buat apa?” tanya Rudi lembut.

“Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah,” kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.


Renungan : .
Dapatkah anda mewujudkan impian – impian Anda? dengan pekerjaan yang Anda lakukan selama 8 jam sehari, seperti sekarang ini? Apakah Anda dapat berlibur kemana saja yang Anda suka, Atau berlibur ketempat yang sesuai dengan keuangan Anda? Dapatkah Anda membangun rumah yang sesuai dengan keinginan Anda, atau rumah yang sesuai dengan kemampuan keuangan Anda? Punyakah Anda Waktu ketika Anda membutuhkannya, Atau Anda harus diizinkan karena itu. Dimanakah Anda habiskan waktu Anda? dirumah bersama orang – orang yang Anda cintai atau disuatu tempat yang bukan milik Anda? Tahukah Anda bagaimana cinta harus diungkapkan ? jawabannya adalah waktu. Berapa banyak dari orang – orang yang telah meninggal menyesali atas kurangnya waktu untuk pekerjaan – pekerjaan mereka di kantor?

Lihatlah rekan sekerja atau rekan bisnis dimana Anda terlihat yang telah melakukan pekerjaannya 3 sampai 5 tahun, lebih dahulu dari anda. seperti itukah yang Anda ingin capai?. Pandanglah mereka yang Anda cintai, sudah terbaikkah yang Anda berikan untuk mereka? Kenangan seperti apakah yang anda inginkan nantinya? jika Anda telah tiada.

Dimanakah Anda, dan seperti apakah Anda dalam 5 atau 10 tahun dari sekarang? Ingatlah, jika Anda melakukan apa yang sedang Anda lakukan sekarang, maka Anda akan mendapatkan apa yang sepantasnya Anda dapatkan. Anda berada ditempat ini sekarang karena keputusan Anda kemarin. Keberadaan Anda besok, karena keputusan yang Anda buat hari ini. Ketika saya menanyakan pertanyaan – pertanyaan tersebut, saya harus memutuskan apa yang harus saya lakukan SEKARANG.


Artikel Kesehatan :

Produk Organik Melilea :

Cerita Renungan :



0 comments: