Selasa, 08 September 2009

Renungan Surat dari ayam

Surat dari ayam

Rumah jagal, 08 September 2009

Kepada :
Saudaraku yang terkasih,
Manusia

Salam kasih saudaraku,

Maafkan aku kalau tulisanku ini mengganggumu. Aku sendiri juga tidak yakin benar menulis surat ini atau tidak. Tapi.. kupikir, jika surat ini tidak pernah ada mungkin tidak akan lagi ada kesempatan. Dengan tulisan ku yang berantakan ini, ha..ha.. kamu menyebutnya cakar ayam, semoga masih bisa terbaca, aku memberanikan diri.

Masih teringat, tiap pagi kamu selalu telat bangun. Sulit sekali untukmu bangun pagi. Sering kali kamu tidak sarapan, langsung saja berangkat. Lihat saja, badan kamu jadi kurus begitu. Tahukah kamu? Aku sangat sedih. Aku bertekad berbuat sesuatu untukmu. Tiap pagi aku akan bangun pagi-pagi, aku akan terjak terus sampai kamu bangun. Sekarang mungkin kamu harus berjuang sendiri, maafkan aku, aku tidak bisa lagi membangunkanmu.

Kata dokter, telurku banyak mengandung protein. Aku begitu bahagia bisa memberikan sesuatu dari diriku untukmu. Memang aku sulit sekali menerima ini, aku begitu sulit bertelur dengan harapan anakku dapat segera menetas. Tapi sepertinya harapan itu tidak akan pernah terwujud. Setidaknya aku bisa melihatmu sehat karena telurku. Aku tidak pernah menyesal, karena aku mengasihimu. Aku sangat mengasihimu..

Akhir-akhir ini aku merasa aneh, daging pada tubuhku terasa membengkak, terutama bagian pahaku. Aku mulai bertanya kapan aku terakhir fitnes? Tapi rupanya itu bukan hasil fitnesku selama ini, kamu telah melakukan sesuatu kepadaku. Seingatku sering kali aku tertusuk jarum yang tajam, setelah itu terasa ada cairan yang masuk ke tubuhku. Pertama-tama kukira dengan badanku seperti ini, kamu ingin aku jadi atlit binaraga. Aku begitu bahagia, kamu begitu memperhatikanku. Ketika aku diangkat ke truk bersama teman-temanku, aku masih berpikir aku akan pergi ikut turnamen binaraga. Aku begitu bahagia berpikir bisa membawa pulang piala bautmu, sampai aku sadar tempat apa yang kami tuju. Aku melihat teman-temanku sudah terkapar, darah mengucur dimana-mana, mereka sudah tak bernyawa. Teriakanku tertahan, ini bukan gedung turnamen, ini adalah RUMAH JAGAL. Akhirnya aku mengerti, ternyata aku disuntik supaya dagingku besar, kamu akan menikmati dagingku. Tapi semua itu sudah terlambat. Aku takut sekali, aku ingin lari keluar tapi aku tidak bisa, aku tak berdaya.

Satu persatu temanku dimasukkan ke dalam sebuah alat yang besar, teriakan mereka begitu menyayat hati. Aku tahu pasti, sebentar lagi aku akan merasakannya. Aku heran, suara teriakan yang begitu keras, tidakkah itu mengganggumu?? Mungkin kamu tidak mendengarnya atau lebih tepatnya TIDAK MAU mendengarnya? Bukankah kita sama-sama mahluk ciptaan Tuhan? Bukankah dulu kita saling mengasihi? Kenapa kamu berubah begitu cepat? Apakah aku benar-benar tidak bermakna dimatamu?

Waktu sudah hampir habis, sebentar lagi akan tiba giliranku, sudah tidak ada gunanya lagi aku berbicara teelalu banyak. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Hmm.. mungkin juga aku sudah berada dalam perutmu!

Tapi ada satu hal yang aku ingin sekali kamu tahu, bahwa aku masih mengasihimu, saudaraku. Aku doakan semoga kamu bisa hidup bahagia dengan kasih. Semoga pengorbananku ini bermakna bagimu. Aku masih terus menantikan hari dimana kita bisa hidup bersama, saling mengasihi. Mungkin hari itu akan tiba?

Selamat tinggal saudaraku.

Yang mengasihimu,
Ayam









0 comments: